PROFIL PENGUSAHA TERKENAL
1.
Hj. HARFANA ALWI
Hj. Harfana
Alwi atau akrab dipanggil dengan Anha ini merupakan seorang pengusaha sukses
asal Kota Bone Sulawesi Selatan dengan Nama Perusahaannya yaitu PT Harfana
Halim Indah. Anha ini, lahir di Watampone Kabupaten Bone pada Tanggal 26
September 1990, merupakan anak pertama dari 3 (tiga) bersaudara. Ia termasuk
seorang anak yang lahir dari keluarga yang berada, ia memiliki banyak skali
skill (kemampuan) dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang kewirausahaan.
Sekarang ini, Anha sedang menempuh pendidikannya di Jurusan Kedokteran Umum
Universitas Hasanuddin, dibalik kesibukannya tersebut, Ia juga merupakan
Pimpinan Utama (Direktur) dari Perusahannya tersebut.
Perusahaan PT Harfana Halim Indah yang
dikelola oleh Harfana ini asal mulanya, ditangani oleh Ayahnya (H.Muhammad
Alwi), ia hanya melanjutkan perjuangan dan cita-cita Ayahnya.
Usaha ini mempunyai sejarah sebagai Berikut:
Usaha ini sebelumnya dibangun oleh Ayah
dari Sdri. HJ.Harfana Alwi yaitu H.Muhammad. Alwi yang sebelumnya berprofesi
sebagai tukang gigi. Ia memulai usahanya dengan mengumpulkan modal sedikit demi
sedikit ke dalam tabungannya yaitu BRI hingga mencukupi untuk meraih impiannya
tersebut. Modal tersebut dikumpulkannya dari usahanya sebagai tukang gigi, dan
modal tambahan yang diberikan dari kakek Sdrii HJ.Harfana Alwi yang bekerja
sebagai petani. Usaha ini pada awalnya berkembang dengan sangat lambat
disebabkan oleh factor modal, namun dengan adanya peminjaman kredit pada Bank,
maka usaha ini terus mengalami perkembangan. Setelah HJ.Harfana Alwi berusia 17 tahun, ayahnya mewariskan atau
memindahtangankan seluruhnya usaha ini kepadanya. Sehingga ia merasa pada usia
tersebut sebagai usia yang menuntunnya untuk menjadi seorang wirausaha dari
usaha yang dicetuskan oleh Ayahnya. Selama berada di tangan HJ.Harfana Alwi,
usaha ini terus menerus mengalami perkembangan pesat, ia melakukan sedikit
perubahan-perubahan pada organisasi usaha ini, dimana perubahan ini memberikan
manfaat yang sangat besar bagi calon pembelinya.
Yang
menjadi trik utama dalam usaha Real Estate ini adalah, mencari lokasi atau
sasaran pembangunan yang kurang persaingan dalam lokasi tersebut. Seperti di
daerah perkotaan yang padat penduduk, namun kurang persaingan pada lokasi
tersebut. Dalam usaha ini, dilakukan di daerah Bone, Bombana, dan Palopo. Maka
dari hal tersebut, sehingga lahirlah suatu perusahaan yang besar, yang
dikelolah oleh tangan-tangan yang terampil pada bidangnya masing-masing.
Berikut ini adalah sekilas tentang Perusahaan PT Harfana Halim
Indah:
Jenis Usaha :
Real Estate “Pengadaan Jual Beli Rumah dalam lingkungan suatu Perumahan”
Tanggal Berdiri :
Tahun 1985
Tempat Berdiri :
Watampone, Kabupaten Bone Sulawesi Selatan
Modal awal :
Rp. 500.000,-
Sumber Modal :Tabungan Sendiri (dari Usaha-usaha
sebelumnya seperti Usaha Sebagai Tukang Gigi dan tambahan dari orang Tua)
Omset :
Rp. 2.000.000.000,-/Bulan
Lokasi Usaha:
Tersebar di berbagai Provinsi di Pulau Sulawesi seperti
Sulawesi Selatan pada umumnya, Sulawei tenggara, dan Sulawesi Tengara.
Pusat/Kantor Lokasi Usaha:
1. Jalan
Sambaloge Baru Watampone, Kabupaten Bone.
2. Jalan
Poros Palopo-Belopa, Kabupaten Palopo.
3. Bombana,
Sulawesi Tenggara
Nama-nama Perumahan:
1. BTN
Harfana halim Indah Permai
2. BTN Harfana halim Indah Lestari
3. BTN Alam
Indah Permai
4. BTN
Permata Biru Indah Permai
5. BTN Bone
Biru Indah Permai
6. Perumnas
Tibojong Indah Permai
7. Taman
Anggrek Indah Permai
8. Bombana
Indah Permai
9. BTN
Bombana Harfana Indah Permai
10. Palopo
Harfana Indah Permai
2.
CHAIRUL TANJUNG
Chairul
Tanjung (lahir di Jakarta, 16 Juni 1962; umur 50 tahun) adalah pengusaha asal
Indonesia. Namanya dikenal luas sebagai usahawan sukses bersama perusahaan yang
dipimpinnya, Para Group. Chairul telah memulai berbisnis ketika ia kuliah dari
Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Sempat jatuh bangun, akhirnya ia
sukses membangun bisnisnya. Perusahaan konglomerasi miliknya, Para Group
menjadi sebuah perusahaan bisnis membawahi beberapa perusahaan lain seperti
Trans TV dan Bank Mega.
Karier dan kehidupan
Chairul
dilahirkan di Jakarta dalam keluarga yang cukup berada. Ayahnya A.G. Tanjung
adalah wartawan zaman orde lama yang menerbitkan surat kabar beroplah kecil.
Chairul berada dalam keluarga bersama enam saudara lainya. Ketika Tiba di zaman
Orde Baru, usaha ayahnya dipaksa tutup karena berseberangan secara politik
dengan penguasa saat itu. Keadaan tersebut memaksa orangtuanya menjual rumah
dan berpindah tinggal di kamar losmen yang sempit.
Selepas menyelesaikan sekolahnya di SMA Boedi Oetomo pada
1981, Chairul masuk Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (lulus 1987).
Ketika kuliah inilah ia mulai masuk dunia bisnis. Dan ketika kuliah juga, ia
mendapat penghargaan sebagai Mahasiswa Teladan Tingkat Nasional 1984-1985.
Demi
memenuhi kebutuhan kuliah, Ia mulai berbisnis dari awal yakni berjualan buku
kuliah stensilan, kaos, dan lainnya di kampusnya. Ia juga membuka usaha foto
kopi di kampusnya. Chairul juga pernah mendirikan sebuah toko peralatan
kedokteran dan laboratorium di bilangan Senen Raya, Jakarta Pusat, tetapi
bangkrut.
Selepas
kuliah, Chairul pernah mendirikan PT Pariarti Shindutama bersama tiga rekannya
pada 1987. Bermodal awal Rp 150 juta dari Bank Exim, mereka memproduksi sepatu
anak-anak untuk ekspor. Keberuntungan berpihak padanya, karena perusahaan
tersebut langsung mendapat pesanan 160 ribu pasang sepatu dari Italia. Akan
tetapi, karena perbedaan visi tentang ekspansi usaha, Chairul memilih pisah dan
mendirikan usaha sendiri.
Kepiawaiannya membangun jaringan dan sebagai pengusaha membuat bisnisnya
semakin berkembang. Mengarahkan usahanya ke konglomerasi, Chairul mereposisikan
dirinya ke tiga bisnis inti: keuangan, properti, dan multimedia. Di bidang
keuangan, ia mengambil alih Bank Karman yang kini bernama Bank Mega.
Ia menamakan
perusahaan tersebut dengan Para Group. Perusahaan Konglomerasi ini mempunyai
Para Inti Holdindo sebagai father holding company, yang membawahkan beberapa
sub-holding, yakni Para Global Investindo (bisnis keuangan), Para Inti
Investindo (media dan investasi) dan Para Inti Propertindo (properti).
Di bawah grup
Para, Chairul Tanjung memiliki sejumlah perusahaan di bidang finansial antara
lain Asuransi Umum Mega, Asuransi Jiwa Mega Life, Para Multi Finance, Bank Mega
Tbk, Mega Capital Indonesia, Bank Mega Syariah dan Mega Finance. Sementara di
bidang properti dan investasi, perusahaan tersebut membawahi Para Bandung
propertindo, Para Bali Propertindo, Batam Indah Investindo, Mega Indah
Propertindo. Dan di bidang penyiaran dan multimedia, Para Group memiliki Trans
TV, Trans7, Mahagagaya Perdana, Trans Fashion, Trans Lifestyle, dan Trans
Studio.
Khusus di bisnis properti, Para Group memiliki Bandung
Supermall. Mal seluas 3 hektar ini menghabiskan dana 99 miliar rupiah. Para
Group meluncurkan Bandung Supermall sebagai Central Business District pada
1999. Sementara di bidang investasi, Pada awal 2010, Para Group melalui anak
perusahaannya, Trans Corp., membeli sebagian besar saham Carefour, yakni
sejumlah 40 persen. Mengenai proses pembelian Carrefour, MoU (memorandum of
understanding) pembelian saham Carrefour ditandatangani pada tanggal 12 Maret
2010 di Perancis.
Majalah
ternama Forbes merilis daftar orang terkaya dunia 2010. Sebagai sebuah
pencapaian, menurut majalah tersebut, Chairul Tanjung termasuk salah satu orang
terkaya dunia asal Indonesia. Forbes menyatakan bahwa Chairul Tanjung berada di
urutan ke 937 dunia dengan total kekayaan US$ 1 miliar. Tahun 2011, menurut
Forbes Chairul Tanjung menduduki peringkat 11 orang terkaya di Indonesia,
dengan total kekayaan US$ 2,1 miliar.
Pada
tanggal 1 Desember 2011, Chairul Tanjung meresmikan perubahan Para Grup menjadi
CT Corp. CT Corp terdiri dari tiga perusahaan sub holding: Mega Corp, Trans
Corp, dan CT Global Resources yang meliputi layanan finansial, media, ritel,
gaya hidup, hiburan, dan sumber daya alam .
Latar belakang
pendidikan
Berikut selengkapnya latar belakang pendidikan seorang
Chairul Tanjung.
SD Van Lith,
Jakarta (1975)
SMP Van Lith,
Jakarta (1978)
SMA Negeri I
Boedi oetomo, Jakarta (1981)
Fakultas
Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia (1987)
Executive IPPM
(MBA; 1993)
3.
JAKOB OETAMA
Dr (HC)
Jakob Oetama (lahir di Borobudur, Magelang, 27 September 1931; umur 81 tahun),
adalah wartawan dan salah satu pendiri Surat Kabar Kompas. Saat ini ia
merupakan Presiden Direktur Kelompok Kompas-Gramedia, Pembina Pengurus Pusat
Persatuan Wartawan Indonesia, dan Penasihat Konfederasi Wartawan ASEAN.
Jakob
adalah putra seorang pensiunan guru di Sleman, Yogyakarta. Setelah lulus SMA
(Seminari) di Yogyakarta, ia mengajar di SMP Mardiyuwana (Cipanas, Jawa Barat)
dan SMP Van Lith Jakarta. Tahun 1955, ia menjadi redaktur mingguan Penabur di
Jakarta.
Jakob kemudian melanjutkan studinya di Perguruan Tinggi
Publisistik Jakarta dan Fakultas Sosial Politik UGM Yogyakarta.
Karir
jurnalistik Jakob dimulai ketika menjadi redaktur Mingguan Penabur tahun 1956
dan berlanjut dengan mendirikan majalah Intisari tahun 1963 bersama P.K. Ojong,
yang mungkin diilhami majalah Reader's Digest dari Amerika. Dua tahun kemudian,
28 Juni 1965, bersama Ojong, Jacob mendirikan harian Kompas yang dikelolanya
hingga kini. Tahun 80-an Kompas Gramedia Group mulai berkembang pesat, terutama
dalam bidang komunikasi. Saat ini, Kompas Gramedia Group memiliki beberapa anak
perusahaan/bisnis unit yang bervariatif dari media massa, toko buku,
percetakan, radio, hotel, lembaga pendidikan, event organizer, stasiun TV
hingga universitas.
Pendidikan
SD, Yogyakarta
(1945)
SMA Seminari,
Yogyakarta (1951)
Sekolah Guru
Jurusan B-1 Ilmu Sejarah, Jakarta (1956)
Perguruan Tinggi
Publisistik, Jakarta (1959)
Jurusan
Publisistik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gajah Mada (1961)
Pengalaman Bekerja
Guru SMP
Mardijuwana, Cipanas (1952-1953)
Guru Sekolah Guru
Bantu (SGB), Bogor (1953-1954)
Guru SMP Van Lith,
Jakarta (1954-1956)
Redaktur Mingguan
Penabur (1956-1963)
Ketua Editor
majalah bulanan Intisari
Ketua Editor
harian Kompas
Pemimpin
Umum/Redaksi Kompas
Presiden Direktur
Kompas Gramedia
Presiden
Komisaris Kompas Gramedia
Karya Tulis
Kedudukan dan
Fungsi Pers dalam Sistem Demokrasi Terpimpin (skripsi di Fisipol UGM tahun
1962)
Dunia Usaha dan
Etika Bisnis (Penerbit Buku Kompas, 2001)
Berpikir Ulang
tentang Keindonesiaan (Penerbit Buku Kompas, 2002).
Bersyukur dan Menggugat
Diri (Penerbit Buku Kompas, 2009)
Keanggotaan
Organisasi
Sekretaris
Jenderal Persatuan Wartawan Indonesia (PWI)
Anggota DPR
Utusan Golongan Pers
Pendiri dan
Anggota Dewan Kantor Berita Nasional Indonesia
Anggota Dewan
Penasihat PWI
Anggota Dewan
Federation Internationale Des Editeurs De Journaux (FIEJ)
Anggota Asosiasi
International Alumni Pusat Timur Barat Honolulu, Hawai, Amerika Serikat
Ketua Bidang
Organisasi dan Manajemen Serikat Penerbit Surat Kabar.
Jakob
Oetama telah banyak berbagi pengalaman untuk para wirausahawan yang ada di
tanah air, sehingga banyak orang yang sukses karena mengadopsi semangat
perjuangan beliau.
4.
REZA NURHILMAN (AXL)
Tokoh yang Sukses memanfaatkan marketing melalui media Jejaring
Sosial
Biodata Owner Maicih :
1) Nama :
Reza Nurhilman
2) Panggilan :
Axl
3) TTL : Bandung, 29 September 1987
4) Alamat :
Jl.Padaringan 40 A, Kompleks
KPAD,GegerKalong,Bandung
5) Pendidikan : SMPN 1 Cimahi 2002, SMAN 2 Bandung
2005, Univ. Kristen Maranatha , Jur Manajemen 2009
Profil Produk
1. Keripik singkong pedas ( level 3,5,10)
2. Baso Goreng
3. Gurilem
4. Seblak
Profil Bisnis
Dengan Tagline : “ For Ichiher With Love “ maicih ingin
tampil dekat dengan para penggemarnya, selalu memanjakan penggemarnya di
seantero nusantara dengan cita rasa yang berkualitas.
Awal Usaha:
·Dimulai pada pertengahan 2010
·Dengan modal 15 juta
·Produksi 50 bungkus per hari
·Varian awal yang keluar keripik dan gurilem
·Memproduksi level 1 sampai level 5
·Dipasarkan dengan cara kelililing
Maicih Masa Kini
·Membuat varian sampai level 10
·Demand konsumen sangat tinggi
·Kapasitas produksi hingga kini 2000 bungkus / hari
·Omset per bulan 800 – 900 Juta ( ± 30 jt / day )
·Memiliki 20-an jenderal as a marketer
·Pemasaran di Jakarta, Bandung, Jogja, Surabaya, dll
melalui jenderal
·Pegawai Produksi yang dimiliki 30-an
Belum
genap setahun, 'keripik setan' bermerek Maicih menjadi ikon jajanan yang
fenomenal di Bandung. Bak tersihir, saat ini banyak orang yang penasaran akan
cemilan pedas yang satu ini. Sosok dibalik kesuksesan Maicih adalah Reza
Nurhilman atau yang akran disapa Axl. Laki-laki berumur 23 tahun inilah yang
menemukan resep keripik dari seorang nenek-nenek.Axl bertemu sosok emak-emak
(Nenek-nenek ) yang memang mempunyai
resep keripik lada atau keripik setan yang rasanya enak. Sosok emak-emak
tersebut bukan bernama Maicih. Axl sendiri membuat nama tersebut agar lebih
nyeleneh dan mudah diingat orang. Sosok emak-emak ini identik dengan ke-icihan.
Dia pake selalu pakai ciput. Nama aslinya bukan Mak Icih, biar nyeleneh saja
jadi beri nama Maicih. Pertemuan Axl dengan Si Emak tersebut terjadi sekitar 3
tahun lalu di daerah Cimahi. Menurut Axl, Emak tersebut tidak menjual keripik
setannya secara komersil. Keripik hanya diproduksi saat momen-momen tertentu
saja. Sehingga pada tahun 2010.
Kunci
sukses pada bisnis yang dilakukan Axl adalah terletak pada bagaimana cara dia
berfikir “out of the box” . hal ini ternyata ampuh dilakukannya terbukti dengan
usaha yang ia jalani sekarang sangat menjadi bahan perbincangan di kalangan
anak muda. Orang penasaran ingin mencoba apa itu maicih, yang
digembar-gemborkan orang di twitter. Axl suskses karena berkat ketekunan dan
keyakinan nya akan bisnis yang ia jalankan. Menjadi sukses adalah kewajiban dan
hak setiap orang. Suskes tidak mungkin datang sendiri , tetapi melalui sebuah
perjuangan yang gigih pantang menyerah. Suatu kegagalan itu adalah sangat wajar
, orang mengalami kegagalan belum berarti dia menjadi orang yang gagal total,
namun sesungguhnya ada hikmah dibalik semua itu yaitu Keberhasilan.
5.
MUTIARA SITI FATIMAH
DJOKOSOETONO
Kisahnya
dimulai dari sebuah bemo, kendaraan umum dengan roda tiga yang belakangan ini
makin sulit ditemui. Selanjutnya adalah 13 ribu armada Blue Bird, perusahaan
taksi berlogo burung biru yang didirikan oleh Mutiara Siti Fatimah
Djokosoetono, kini almarhumah.
Burung
biru, sejatinya adalah sebuah dongeng di Eropa, yang didengar oleh Mutiara,
saat tinggal di Belanda. Dongeng itu bercerita tentang nasihat seekor burung
berwarna biru kepada seorang gadis, yang intinya semua keinginan bisa digapai
asal si gadis bersedia bekerja keras dan jujur.
Dongeng
ini begitu membekas pada ibu dua anak dari perkawinannya dengan Prof.
Djokosoetono itu, yang kini namanya diabadikan sebagai salah satu nama jalan
dalam kompleks Universitas Indonesia, tempatnya mengabdi.
Dari segi
bisnis, kehidupan keluarga Mutiara dimulai saat suaminya meninggal. Satu buah
bemo yang dimiliki dan dikemudikan Chandra Soeharto, putra pertamanya, ikut
menjadi penopang perekonomian keluarga. Purnomo, adik Chandra yang tidak
memiliki surat izin mengemudi, bertugas sebagai asisten alias kondektur.
Mutiara
mulai masuk ke bisnis taksi setelah dapat hadiah dua mobil dari polisi dan
tentara, sebagai jasa atas pengabdian sang suami yang meninggal tahun 1965.
Berhubung yang selalu menyopiri adalah Chandra, maka nama yang dikenal pun
Chandra Taksi.
Izin
sebagai perusahaan taksi, diperoleh Mutiara era Gubernur Ali Sadikin (alm)
memimpin Jakarta, pada tahun 1971. Sempat tidak diberikan izin lantaran belum
berpengalaman, membuat wanita kelahiran Malang, Jawa Timur itu makin kreatif.
Para penumpang Chandra Taksi dimintai rekomendasi layanan mereka, kemudian
diajukan ke Gubernur. Hasilnya: izin pun keluar.
6.EKA TJIPTA
WIDJAJA
Eka Tjipta
Widjaja adalah orang Indonesia yang awalnya lahir di Cina. Beliau lahir di
Coana Ciu, Fujian, Cina dan mempunyai nama Oei Ek Tjhong. Ia lahir pada tanggal
3 Oktober 1923 dan beliau merupakan pendiri dan pemilik Sinar Mas Group. Ia
pindah ke Indonesia saat umurnya masih sangat muda yaitu umur 9 tahun. Tepatnya
pada tahun 1932, Eka Tjipta Widjaya yang saat itu masih dipanggil Oei Ek Tjhong
akhirnya pindah ke kota Makassar. Di Indonesia, Eka hanya mampu tamat sekolah
dasar atau SD. Hal ini dikarenakan kondisi ekonominya yang serba kekurangan.
Untuk bisa pindah ke Indonesia saja, ia dan keluarganya harus berhutang ke
rentenir dan dengan bunga yang tidak sedikit.
Pendidikan
Eka Tjipta
Widjaja bukanlah seorang sarjana, doktor, maupun gelar-gelar yang lain yang
disandang para mahasiswa ketika mereka berhasil menamatkan studi. Namun beliau
hanya lulus dari sebuah sekolah dasar di Makassar. Hal ini dikarenakan
kehidupannya yang serba kekurangan. Ia harus merelakan pendidikannya demi untuk
membantu orang tua dalam menyelesaikan hutangnya ke rentenir. Saat baru pindah
ke Makassar, Eka Tjipta Widjaja memang mempunyai hutang kepada seorang rentenir
dan setiap bulan dia harus mencicil hutangnya tersebut.
Keluarga
Eka
Tjipta Widjaja mempunyai keluarga yang selalu mendukungnya dalam hal bisnis dan
kehidupannya. Beliau menikah dengan seorang wanita bernama Melfie Pirieh
Widjaja dan mempunyai 7 orang anak. Anak-anaknya adalah Nanny Widjaja, Lanny
Widjaja, Jimmy Widjaja, Fenny Widjaja, Inneke Widjaja, Chenny Widjaja, dan
Meilay Widjaja. Eka Tjipta Widjaja dikenal sebagai orang yang banyak mempunyai
istri atau poligami.
Bisnis
Dalam hal bisnis, Eka Tjipta Widjaja merupakan seorang yang
unggul dalam mengembangkan bisnis yang telah dia rintis. Ini terbukti dengan
hasil karyanya dalam membangun bisnis di Indonesia ini. Ia sudah menekuni dunia
bisnis sejak dia masih berumur sangat muda yaitu umur 15 tahun. Ia mengawali
karir bisnisnya itu hanya dengan bermodalkan sebuah ijasah SD yang dimilikinya.
Dia berjualan gula dan biskuit dengan cara membelinya secara grosir kemudian
dia jajakan secara eceran dan hal tersebut bisa mendapatkan untung yang
lumayan.
Namun
bisnisnya itu tak bertahan lama karena adanya pajak yang besar pada saat itu
karena Jepang menjajah Indonesia. Pada tahun 1980, ia memutuskan untuk
melanjutkan usahanya yaitu menjadi seorang entrepreneur seperti masa mudanya
dulu. Ia membeli sebidang perkebunan kelapa sawit dengan luas lahan 10 ribu
hektar yang berlokasi di Riau. Tak tanggung-tanggung, beliau juga membeli mesin
dan pabrik yang bisa memuat hingga 60 ribu ton kelapa sawit.
Bisnis
yang dia bangun berkembang sangat pesat dan dia memutuskan untuk menambah
bisnisnya. Pada tahun 1981 beliau membeli perkebunan sekaligus pabrik teh
dengan luas mencapai 1000 hektar dan pabriknya mempunyai kapasitas 20 ribu ton
teh. Selain berbisnis di bidang kelapa sawit dan teh, Eka Tjipta Widjaja juga
mulai merintis bisnis bank. Ia membeli Bank Internasional Indonesia dengan
asset mencapai 13 milyar rupiah. Namun setelah beliau kelola, bank tersebut
menjadi besar dan memiliki 40 cabang dan cabang pembantu yang dulunya hanya 2
cabang dan asetnya kini mencapai 9,2 trilliun rupiah. Bisnis yang semakin
banyak membuat Eka Tjipta Widjaja menjadi semakin sibuk dan kaya. Ia juga mulai
merambah ke bisnis kertas. Hal ini dibuktikan dengan dibelinya PT Indah Kiat
yang bisa memproduksi hingga 700 ribu pulp per tahun dan bisa memproduksi
kertas hingga 650 ribu per tahun. Pemilik Sinarmas Group ini juga membangun ITC
Mangga Dua dan Green View apartemen yang berada di Roxy, dan tak ketinggalan
pula ia bangun Ambassador di Kuningan.
7.PURDI E CHANDRA
Purdi E
Chandra lahir di Lampung 9 September 1959. Secara “tak resmi” Purdi sudah mulai
berbisnis sejak ia masih duduk di bangku SMP di Lampung, yakni ketika dirinya
beternak ayam dan bebek, dan kemudian menjual telurnya di pasar.
Mendirikan
Lembaga Bimbingan Test Primagama (kemudian menjadi bimbingan belajar). Waktu
mendirikan bisnisnya tersebut Purdi masih tercatat sebagai mahasiswa di 4
fakultas dari 2 Perguruan Tinggi Negeri di Yogyakarta. Namun karena merasa
“tidak mendapat apa-apa” ia nekad meninggalkan dunia pendidikan untuk
menggeluti dunia bisnis.
Dengan
“jatuh bangun” Purdi menjalankan Primagama. Dari semula hanya 1 outlet dengan
hanya 2 murid, Primagama sedikit demi sedikit berkembang. Kini murid Primagama
sudah menjadi lebih Bisnis “resminya” sendiri dimulai pada 10 Maret 1982, yakni
ketika ia bersama teman-temannya dari 100 ribu orang per-tahun, dengan ratusan
outlet di ratusan kota di Indonesia. Karena perkembangan itu Primagama ahirnya
dikukuhkan sebagai Bimbingan Belajar Terbesar di Indonesia oleh MURI (Museum
Rekor Indonesia).
Mengenai
bisnisnya, Purdi mengaku banyak belajar dari ibunya. Sementara untuk masalah
kepemimpinan dan organisasi, sang ayahlah yang lebih banyak memberi bimbingan
dan arahan. Bekal dari kedua orang tua Purdi tersebut semakin lengkap dengan
dukungan penuh sang Istri Triningsih Kusuma Astuti dan kedua putranya Fesha
maupun Zidan. Pada awal-awal berdirinya Primagama, Purdi selalu ditemani sang
istri untuk berkeliling kota di seluruh Indonesia membuka cabang-cabang
Primagama. Dan atas bantuan istrinya pula usaha tersebut makin berkembang.
Kini
Primagama sudah menjadi Holding Company yang membawahi lebih dari 20 anak
perusahaan yang bergerak di berbagai bidang seperti: Pendidikan Formal,
Pendidikan Non-Formal, Telekomunikasi, Biro Perjalanan, Rumah Makan,
Supermarket, Asuransi, Meubelair, Lapangan Golf dan lain sebagainya.
Walaupun
kesibukannya sebagai entrepreneur sangat tinggi, namun jiwa organisatoris Purdi
tetap disalurkan di berbagai organisasi. Tercatat Purdi pernah menjabat sebagai
Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) cabang Yogyakarta dan pengurus
Kamar Dagang dan Industri Daerah (Kadinda) DIY. Selain itu Purdi pernah juga
tercatat sebagai anggota MPR RI Utusan Daerah DIY. (sumber: purdiechandra.com
8.PUSPO
WARDOYO
Puspo
Wardoyo, merintis waralaba Ayam Bakar Wong Solo hingga menjadi sebesar sekarang
ini dari titik paling bawah. Ia pernah menjajakan ayam bakar di kaki lima.
Sejak kecil Puspo sudah terbiasa berurusan dengan ayam. Orangtuanya penjaja
ayam. Pagi hari, Puspo kecil membantu menyembelih ayam untuk dijual di pasar.
Siang sampai malam, ia membantu orangtuanya menjajakan menu siap saji seperti
ayam goreng, ayam bakar, dan menu ayam lainnya di warung milik orangtuanya di
dekat kampus UNS Solo.
Impian itu sendiri terinpirasi oleh cerita
seorang pedagang bakso yang sukses mengarungi hidup di Medan. Ketika pria
kelahiran 30 November 1957 itu tengah merintis usaha warung lesehan di Solo
selepas mengundurkan diri dari pegawai negeri sipil, suatu saat pedagang bakso
asal Solo tersebut bertandang ke tempat Puspo.
Dia
bercerita bahwa peluang usaha warung makan di Medan sangat bagus. Pedagang
bakso itu telah membuktikannya. Dalam sehari ia bisa meraup keuntungan bersih
di akhir tahun 1990 itu sekitar Rp 300.000. Dari keuntungan berjualan bakso
dengan gerobak sorong itulah teman Puspo ini bisa pulang menengok kampung
halamannya di Solo setiap bulan. "Dengan uang, jarak antara Solo Medan
lebih dekat dibanding Solo Semarang, " kata Puspoyo menirukan ucapan
temannya tadi. Wajar saja jika dengan pesawat terbang waktu tempuh antara
MedanSolo Berganti pesawat di Jakarta hanya membutuhkan waktu sekitar 1 jam.
Sementara dengan naik bis jarak antara SoloSemarang ditempuh sekitar empat jam.
Cerita
sukses temannya itu begitu membekas di benak Puspo. "Saya bertekad bulat
akan merantau ke Medan, " pikirnya. Untuk mewujudkan keinginannya itu, apa
boleh buat, warung makan yang termasuk perintis warung lesehan di kota pusat
kebudayaan Jawa itu pun ia jual kepada temannya. Uang hasil penjualan yang tak
seberapa itu ia manfaatkan untuk membeli tiket bus ke Jakarta. Mengapa Jakarta?
"Karena dengan uang yang saya miliki, bekal saya belum cukup untuk
merantau ke Medan, " katanya.
Ketika
tengah merantau di ibu kota itu, suatu hari Puspo membaca lowongan pekerjaan
sebagai guru di sebuah perguruan bernama DR Wahidin di Bagan Siapiapi, Sumatera
Utara. Apa boleh buat, demi mewujudkan citacitanya, ia berusaha mengumpulkan
modal dengan kembali menjadi guru. Bedanya, kali ini ia tidak lagi menjadi
pegawai negeri seperti sebelumnya ketika menjadi staf pengajar mata pelajaran
Pendidikan Seni di SMA Negeri Muntilan, Kabupaten Magelang. "Target saya
cuma dua tahun menjadi guru lagi," katanya.
Di sinilah
anak pasangan Sugiman Suki ini ketemu dengan isteri pertamanya Rini Purwanti
yang sama-sama menjadi tenaga pengajar di sekolah tersebut. Dua tahun menjadi
guru ia berhasil mengumpulkan tabungan senilai Rp 2.400.000. Dengan uang inilah
keinginannya menaklukkan kota Medan tak terbendung lagi. Uang tabungan itu
sebagian ia gunakan untuk menyewa rumah dan membeli sebuah motor Vespa butut.
Masih ada sisa Rp 700.000 yang kemudian ia manfaatkan sebagai modal membangun
warung kaki Lima di bilangan Polonia Medan.
Disini ia
menyewa lahan 4x4 meter persegi seharga Rp 1.000 per hari. Suatu saat
pegawainya tertimpa masalah. Ia terlibat utang dengan rentenir. Puspo
membantunya dengan cara meminjamkan uang. Sebagai ucapan terimakasih, sang
pegawai membawa wartawan sebuah harian lokal Medan. Si wartawan yang merupakan
sahabat suami pegawai yang ditolong Puspo kemudian menuliskan profilnya. Judul
artikel itu Sarjana Buka Ayam Bakar Wong Solo. Artikel itu membawa rezeki bagi
Puspo. Esok hari setelah artikel dimuat, banyak orang berbondong-bondong
mendatangi warungnya. Siapa sangka jika dari sebuah warung kecil ini kemudian
melahirkan sebuah usaha jaringan rumah makan yang cukup kondang di seantero
Medan. Impian untuk menaklukkan "jarak" Solo Medan lebih dekat dibanding
Solo Semarang pun menjadi kenyataan. Bukan itu saja, penilaian atas prestasi
bisnis yang dirintis Puspo lebih jauh melewati impian yang ia tinggalkan
sebelumnnya.
Dari ibu
kota Sumatera Utara ini nanti Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo (Wong Solo)
melejit ke pentas bisnis nasional. Belakangan ini nama Wong Solo semakin
berkibarkibar setelah berhasil menaklukkan Jakarta setelah sebelumnva
"mengapung" dari daerah pinggiran. Dalam waktu relatif singkat
kehadiran Wong Solo telah merengsek dan menanamkan tonggaktonggak bisnisnya di
pusat kota metropolis ini. Ekspansinya pun semakin tak tertahankan dengan
memasuki berbagai kota besar di Indonesia.
Fenomena
Wong Solo mengundang decak kekaguman berbagai kalangan dari pejabat pemerintah,
para pelaku bisnis hingga para pengamat. Hampir semua outletnya di Jakarta
selalu sesak pengunjung, terutama di akhir pekan dan hari libur. Bahkan ketika
bulan Ramadhan kemarin, semua outlet tersebut membatasi jumlah pengunjung saat
berbuka puasa.
Skala usaha
Wong Solo itu memang belum sekelas para konglomerat masa lalu yang dengan
enteng menyebut angka aset, omset atau keuntungan per tahun yang triliunan
rupiah. "usaha saya memang belum kelas triliunan seperti para konglomerat
yang kaya utang itu," paparnya. Kendati masih tergolong usaha menengah,
namun kinerja wong Solo sangat solid dan tak punya beban utang. Ia memiliki
pondasi kuat untuk terus berkembang. Untuk mewujudkan mimpimimpinya, ayah
sembilan anak dari empat istri ini telah melewati rute perjalanan yang
berlikaliku lengkap dengan segala tantangannya.
Ada masa
ketika di waktuwaktu awal merintis usaha di Medan ia nyaris patah semangat
garagara selama berhari-hari tak pernah meraih untung. Hanya berjualan dua atau
tiga ekor ayam bakar plus nasi, terkadang dalam satu hari tak seekor pun yang
laku. Pernah pula seluruh dagangannya yang telah dimasak di rumah tumpah di
tengah jalan karena jalanan licin sehabis hujan. "Apa boleh buat, saya
terpaksa pulang dan memasak lagi". katanya. Istrinya yang tak sabar
melihat lambannya usaha Puspo bahkan sempat memberi tahu ayahnya agar
memberitahu ayahnya agar mempengaruhi Puspo supaya tak berjualan ayam bakar
lagi. "Mertua saya bilang, kapan kamu akan tobat," katanya menirukan
ucapan sang mertua.
Pada awal perantauannya ke Medan, Puspo
wardoyo, sama sekali tak menyangka jika usaha warung ayam bakar “Wong Solo”
akan berkembang seperi sekarang. Maklum, rumah makan yang dibukanya hanyalah
sebuah warung berukuran sekitar 3x4 meter di dekat bandara Polonia, Medan.
Setahun pertama dia hanya mampu menjual 3 ekor ayam per hari yang dibagibagi
menjadi beberapa potong. Harga jual per potongnya Rp 4.500 plus sepiring nasi.
Di tahun
kedua, naik menjadi 10 ekor ayam per hari Namun sekarang, 13 tahun kemudian, di
memiliki lebih dari 16 cabang tersebar di medan, Banda Aceh, Padang, Solo,
Denpasar, Pekanbaru, Surabaya, Semarang, Jakarta, Malang dan Yogyakarta
meskipun masih mengandalkan ayam bakar, namun menunya kini makin beragam hingga
100 jenis. Sudah terbiasa bagi Wardoyo untuk menyisihkan 10 % dari
keuntungannya untuk amal. Dia percaya, Tuhan akan memperkaya orang yang banyak
beramal. Maka jangan heran bila Anda kebetulan mampir di salah satu rumah
makannya menyaksikan karyawannya sedang berkerumun di saat menjelang atau usai
jam kerja. Mereka sedang melaksanakan ibadah “kultum” atau kuliah tujuh menit.
9.SUKANTO TANOTO
Sukanto
Tanoto (lahir dengan nama Tan Kang Hoo di Belawan, Medan, 25 Desember 1949;
umur 62 tahun) adalah seorang pengusaha asal Indonesia. Ia adalah CEO Raja
Garuda Mas, sebuah perusahaan yang berkantor pusat di Singapura dengan usaha di
berbagai bidang, terutamanya kertas dan kelapa sawit. Tanoto dinyatakan sebagai
orang terkaya di Indonesia oleh majalah Forbes pada September 2006, namun pada
tahun 2011, Forbes kembali merilis daftar orang terkaya di Indonesia. Ia
menduduki peringkat ke-6 dengan total kekayaan US$ 2,8 miliar
Forbes
memiliki daftar orang terkaya di seluruh dunia. Dan beberapa orang dari Indonesia
mampu masuk ke dalam daftar tersebut termasuk seorang pengusaha yang bernama
Sukanto Tanoto. Kesuksesan beliau pun dinilai dari jumlah Dollar Amerika yang
sudah beliau hasilkan. Sangat menakjubkan sekali bahwa ada orang Indonesia yang
bisa menghasilkan pendapatan yang sangat besar. Hal ini pasti didukung oleh
sumber daya manusia yang sangat baik dari pribadi orang tersebut. Beliau
memasuki urutan ke 284 pada tahun 2008 karena memiliki kekayaan sebesar US$ 3.8
trilyun. Hal ini sungguh pencapaian yang sangat bagus sekali. Usaha yang telah
dan masih akan dijalankan oleh Tanoto sanggup membawanya ke kesuksesan yang
lebih tinggi lagi.
Sukanto
Tanoto adalah orang yang telah menghasilkan trilyunan rupiah dalam menjalankan
bisnisnya. Pada awalnya, bisnis yang dilakukan oleh beliau adalah menjadi
pemasok dari alat-alat dan barang-barang untuk perusahaan negara Pertamina.
Pada awalnya mungkin pekerjaan ini bisa dianggap pekerjaan yang kecil. Namun
karena kerja kerasnya telah membuat pekerjaan ini dapat diselesaikannya dengan
baik.
Sukanto
dilahirkan di kota Medan pada tanggal 25 Desember 1949 dan sudah memiliki
banyak sekali pengalaman dalam bidang bisnis. Setelah menjadi pemasok untuk
perusahaan sebesar Pertamina, beliau merambah ke industry perusahaan. Beliau
berhasil membawa perusahaannya menjadi salah satu perusahaan pulp dan kertas di
Asia yang masuk ke dalam Bursa Efek New York. Hal tersebut adalah satu
pencapaian yang sangat luar biasa sekali. Tidak banyak pengusaha yang mampu
menembuskan bisnis mereka ke bursa saham di Amerika Serikat tersebut.
Perusahaannya menjadi sangat besar dan mulai merentangkan sayapnya untuk
merengkuh bisnis-bisnis lainnya yang masih berhubungan dengan bisnis
perusahaannya yang sekrang. Kertas, minyak sawit, konstruksi dan energi adalah
beberapa hal yang menjadi bisnis dari beliau pada saat sekarang ini.
Pengalaman
masa kecil Sukanto Tanoto yang sangat keras ternyata telah memberikan pelajaran
yang sungguh luar biasa dan berpengaruh sangat serius kepada keberhasilannya
memimpin beberapa perusahaan miliknya. Kehidupan masa kecil yang diskriminatif
terhadap ras yang mengalir ditubuhnya membuatnya bertahan untuk mendapatkan
haknya. Perjalanannya sebagai seorang pebisnis pun tidak langsung berada di
garis yang paling atas. Beliau memulai semuanya dari karir yang rendah. Namun
secara dramatis, beliau mampu bertahan dan bahkan mengambil keuntungan dari
krisis yang terjadi di Indonesia. Profil Sukanto Tanoto sangat baik sekali
untuk di baca karena akan memberikan inspirasi yang sangat baik untuk
perkembangan diri pribadi. Kerja keras yang dilakukan oleh beliau pun mampu
membuatnya menjadi salah seorang yang terkaya di dunia. Semua keringat yang
dikeluarkan pasti mampu membuat kerja keras beliau menjadi keuntungan yang
sangat besar yang terlihat disekitar beliau. (sumber:orangterkayaindonesia.com)
Pria yang
hobi mendengarkan musik klasik ini terus berekspansi ke dunia bisnis. Tidak
hanya dalam negeri, di luar negeri Sukanto ikut memiliki perkebunan kelapa
sawit Nasional Development Corporation Guthrie di Mindanao, Filiphina.
Keinginan untuk memajukan bisnis nasional semakin menjadi. Obsesi yang ingin
menjadi salah satu pengusaha Indonesia agar mampu bersaing di arena global
tampak jelas dari pandangan bsinis Indonesia. Buktinya Juli 2006, Sukanto
menduduki orang terkaya nomor wahid di Indonesia. Jauh dibanding tahun
sebelumnya.
10.DAHLAN ISKAN
Dahlan Iskan (lahir di Magetan, Jawa Timur, 17 Agustus
1951; umur 61 tahun), adalah CEO surat kabar Jawa Pos dan Jawa Pos Group, yang
bermarkas di Surabaya. Ia juga adalah Direktur Utama PLN sejak 23 Desember
2009. Pada tanggal 19 Oktober 2011, berkaitan dengan reshuffle Kabinet
Indonesia Bersatu II, Dahlan Iskan diangkat sebagai Menteri Negara Badan Usaha
Milik Negara menggantikan Mustafa Abubakar.
Karier
Awal karier
Karier Dahlan
Iskan dimulai sebagai calon reporter sebuah surat kabar kecil di Samarinda,
Kalimantan Timur pada tahun 1975. Tahun 1976, ia menjadi wartawan majalah
Tempo. Sejak tahun 1982, Dahlan Iskan memimpin surat kabar Jawa Pos hingga
sekarang.
Jawa Pos
Dahlan
Iskan adalah sosok yang menjadikan Jawa Pos yang waktu itu hampir mati dengan
oplah 6.000 ekslempar, dalam waktu 5 tahun menjadi surat kabar dengan oplah
300.000 eksemplar. Lima tahun kemudian terbentuk Jawa Pos News Network (JPNN),
salah satu jaringan surat kabar terbesar di Indonesia yang memiliki 134 surat
kabar, tabloid, dan majalah, serta 40 jaringan percetakan di Indonesia. Pada
tahun 1997 ia berhasil mendirikan Graha Pena, salah satu gedung pencakar langit
di Surabaya, dan kemudian gedung serupa di Jakarta. Pada tahun 2002, ia
mendirikan stasiun televisi lokal JTV di Surabaya, yang kemudian diikuti Batam
TV di Batam dan Riau TV di Pekanbaru.
Sejak awal
2009, Dahlan adalah sebagai Komisaris PT Fangbian Iskan Corporindo (FIC) yang
akan memulai pembangunan Sambungan Komunikasi Kabel Laut (SKKL) pertengahan
tahun ini. SKKL ini akan menghubungkan Surabaya di Indonesia dan Hong Kong,
dengan panjang serat optik 4.300 kilometer.
Perusahaaan
Listrik Negara (PLN)
Sejak akhir
2009, Dahlan diangkat menjadi direktur utama PLN menggantikan Fahmi Mochtar
yang dikritik karena selama kepemimpinannya banyak terjadi mati lampu di daerah
Jakarta. Semenjak memimpin PLN, Dahlan membuat beberapa gebrakan diantaranya
bebas byar pet se Indonesia dalam waktu 6 bulan, gerakan sehari sejuta
sambungan. Dahlan juga berencana membangun PLTS di 100 pulau pada tahun 2011.
Sebelumnya, tahun 2010 PLN telah berhasil membangun PLTS di 5 pulau di
Indonesia bagian Timur yaitu Pulau Banda, Bunaken Manado, Derawan Kalimantan
Timur, Wakatobi Sulawesi Tenggara, dan Citrawangan.
Menteri Badan
Usaha Milik Negara (Menteri BUMN)
Pada
tanggal 17 Oktober 2011, Dahlan Iskan ditunjuk sebagai pengganti Menteri BUMN
yang menderita sakit. Ia terisak dan terharu begitu dirinya dipanggil menjadi
menteri BUMN karena ia berat meninggalkan PLN yang menurutnya sedang pada
puncak semangat untuk melakukan reformasi PLN.
Dahlan
melaksanakan beberapa program yang akan dijalankan dalam pengelolaan BUMN.
Program utama itu adalah restrukturisasi aset dan downsizing (penyusutan
jumlah) sejumlah badan usaha. Ihwal restrukturisasi masih menunggu persetujuan
Menteri Keuangan.
Beberapa
kinerjanya disorot. Dahlan gagal membawa lima perusahaan BUMN untuk melepas
saham perdana (initial public offering/IPO) di lantai bursa. Adapun, berkat
kepemimpinannya, BUMN dinilai bersih dari korupsi oleh masyarakat juga
merupakan kinerja dan keberhasilannya membangun BUMN.
Kehidupan pribadi
Dahlan
Iskan dibesarkan di lingkungan pedesaan dangan kondisi serba kekurangan.
Orangtuanya tidak ingat tanggal berapa Dahlan dilahirkan. Dahlan akhirnya
memilih tanggal 17 Agustus dengan alasan mudah diingat karena bertepatan dengan
peringatan kemerdekaan Republik Indonesia.
Dahlan
Iskan pernah menulis buku berjudul Ganti Hati pada tahun 2008. Buku ini berisi
tentang pengalaman Dahlan Iskan dalam melakukan operasi cangkok hati di Cina.
Selain
sebagai pemimpin Grup Jawa Pos, Dahlan juga merupakan presiden direktur dari
dua perusahaan pembangkit listrik swasta: PT Cahaya Fajar Kaltim di Kalimantan
Timur dan PT Prima Electric Power di Surabaya. (sumber : wikipedia.org)
Comments
Post a Comment